Kamis, 23 April 2015

RED GINSENG / GINSENG MERAH KOREA TUMBUH BAIK DI INDONESIA

 RED GINSENG / GINSENG MERAH  KOREA TUMBUH BAIK DI INDONESIA



MENURUT data penelitian di Intitute Herbal Medicine Beijing diketahui, bahwa penggunaan tanaman perdu ginseng untuk keperluan pengobatan ternyata sudah dilakukan lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Sementara keberadaan tanaman ini di muka bumi, sudah ada sejak 150 juta tahun yang lalu. Pada tahun 2.000 SM, Kaisar Chochi Kui dari Cina Selatan (sebelum Cina bersatu) menyatakan bahwa ginseng adalah tanaman “akar kehidupan” yang sangat manjur mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia.


Berdasarkan ciri-ciri khasnya, para ahli obat herbal itu mengelompokkan tanaman itu dalam tiga jenis Ginseng, dan tujuh kelompok adaptogenik. Pengelompokkan ini, berdasarkan tanda-tanda agronomis dan tempat asal tanaman. Pertama adalah, kelompok “Ginseng Asia” (Panax ginseng), meliputi ginseng yang dihasilkan dari Korea, Cina, dan Jepang. Kemudian yang kedua, “Ginseng Siberia” (Eleutherococcus senticosus) yang dihasilkan dari daerah Siberia, Rusia. Dan yang ketiga adalah, “Ginseng Amerika” (Panax quinquefolius), yang dihasilkan dari Amerika Utara.

Penelitian pertama secara ilmiah, dilakukan oleh Prof. Lazarev dari Rusia, tahun 1947 pada tanaman ginseng dari Siberia. Ia menemukan sejenis alkaloid “aneh”, yang mengandung daya penyembuh luar biasa terhadap penderita penyakit jantung.

Hal sama juga dilakukan oleh DR. Breznev dan Dardimov, tahun 1958 yang mengadakan penelitian invitro terhadap beberapa jenis binatang yang diberi ekstrak ginseng. Ternyata tanaman ginseng dari Siberia, memiliki sejenis zat yang bersifat adaptogen lebih kuat dibanding yang lain. Kemampuannya yang bersifat adaptif itu, dapat menyeimbangkan fungsi tubuh dan mempengaruhi syaraf-syaraf yang sudah lemah menjadi normal kembali.

Penelitian invitro lainnya, juga dilakukan oleh Departemen Pathology, Fakultas Kedokteran, Universitas Okayama, Jepang. Para peneliti menemukan, bahwa Ginseng dari Asia memiliki daya adaptogen yang menghambat formasi hydrokxyl radikal bebas. Unsur ini merupakan semacam zat, yang merangsang sel dalam tubuh menjadi berubah ganas, yang kemudian kita kenal sebagai sel kanker.

Dalam observasi terhadap 1.987 pasien yang terserang berbagai kasus kanker, sekolah kedokteran itu menggunakan ekstrak “Ginseng Asia” selama satu tahun penuh.

Para pasien itu berhasil diselamatkan dari bencana kematian. Bahkan penggunaan jangka panjang selama 20 tahun lebih, untuk sekadar berjaga-jaga ternyata tidak ada efek samping. Beberapa kasus kanker yang diteliti itu, meliputi kanker usus, mulut, lever (cyrosis), rahim, dan pankreas.

Hal yang sama, juga dilakukan kepada 36 pasien berpenyakit gula (diabetus militus), dengan memberikan ekstrak ginseng Asia sebanyak 100 mg s.d. 200 mg selama delapan minggu. Ternyata zat yang dikandung ekstrak ginseng tsb, mampu meningkatkan ketahanan tubuh. Memperbaiki glycosilat haemoglobin, dan mereduksi dengan cepat glukosa dalam darah hingga normal kembali.

Para ahli obat herbal juga mengamati kemampuan “Ginseng Amerika” (Panax quiquefolius). Hasilnya memperlihatkan, bahwa tanaman asal dari Amerika Utara ini mengandung unsur Yin yang sangat kuat. Kandungan alkaloidnya, hampir sama dengan “Ginseng Asia”. Sedangkan pada observasi pengobatannya, ginseng ini memiliki kemampuan yang signifikan dengan ginseng-ginseng yang diperoleh dari negara Asia.

Sedangkan penelitian pada “Ginseng Siberia” (Eleutherococcus senticocus), menurut para pakar ginseng sebenarnya tanaman tsb. bukan ginseng asli tetapi masih satu famili. Namun sebutan ginseng itu sudah kadung terpatri, karena memiliki fungsi dan kemampuan yang sama dengan tanaman ginseng dari Asia maupun Amerika.

Keluarga ginseng ini terdapat di dataran Siberia yang hampir sepanjang tahun tertutup salju. Tanaman ini juga terdapat di Asia, Cina Utara, Jepang Utara, dan Korea yang datarannya sering tertutup salju.


Ginseng Indonesia

Sebenarnya, yang namanya ginseng Indonesia itu hingga saat ini dalam berbagai literatur tidak ada. Ada juga tanaman ginseng-ginsengan yang masih satu keluarga, yang kemudian dinamakan kolesom. Karena memang secara agronomis, tanah di kita ini kurang cocok untuk ditanami ginseng. Dalam habitat aslinya, memang ginseng tumbuh di dataran khusus bertanah remah berpasir, mudah menyerap air, memiliki pH 6 dengan elevasi ketinggian antara 600 m dpl (di atas permukaan laut) s.d. 1.200 m dpl.

Secara agronomis, ginseng asli memang tidak mungkin tumbuh baik di Indonesia karena faktor kendala alam. Namun menurut Kim, petani Korea yang memberi bibitnya, ternyata kandungan akar umbinya lebih baik dibandingkan dengan aslinya. Yang membedakan di antara dua jenis “Ginseng Korea” itu, dari bentuk fisik tanamannya.

Pada jenis Phytollacca, tanaman perdunya lebih tinggi tapi umbinya besar. Sebaliknya, dari jenis Toraji, rumpunnya lebih kecil dan umbinya pun kecil-kecil. Di pasaran industri jamu, jenis yang terahir ini yang banyak dibutuhkan untuk campuran obat dan dikonsumsi dalam keadaan segar seperti kita memakan lobak.

Tanaman ginseng yang dikembangkan oleh Hidayat itu memang diberikan oleh Kim, petani dari Korea, yang bekerja atau dikontrak di pembibitan ulat sutra oleh pengusaha Indonesia tahun 2001. Ia bertemu dengan Hidayat, di salah satu pameran di Jakarta. Lewat pendekatan dan beberapa kali pertemuan dengannya, Hidayat ahirnya diberi bibit sebanyak lima gram. “Waktu itu bulan Agustus tahun 2001, dan dicoba dikembangkan di persemaian dengan metode penanaman seperti stek daun tanaman teh,” katanya.

Upayanya itu tidak sia-sia. Kini dari bibit lima gram, sudah menjadi tanaman sebanyak 35.000 rumpun. Sekira 15.000 rumpun di antaranya sudah ada ditanam. Sedangkan 20.000 rumpun lagi, kini siap tanam di lahan seluas 1.500 meter persegi. “Tanaman saya sudah ditunggu pembeli dari Palembang, untuk memasok restoran Jepang dan Korea yang membutuhkan sedikitnya 500 kg per bulan”,katanya. Di pasaran ekspor, harga setiap kilogramnya adalah 10 dolar AS. Dalam bentuk segar, langsung dari kebun,” tuturnya bangga.

Kini Ginseng Korea itu, ternyata bisa tumbuh baik dengan modal sederhana dan murah. “Pasarnya pun tidak sulit, karena pembeli sudah menunggu. Hanya untuk sukses jadi petani ginseng, dibutuhkan ketekunan dan kesabaran agar tanaman tidak gagal. Setelah itu, bibit ginseng terus bergulir dihasilkan dari tanamannya itu sendiri,” katanya.  

“Untuk mencapai hasil grade tanaman seperti sekarang, menurut Kim, di Korea dibutuhkan waktu hingga 10 tahun. Tetapi di Indonesia, hanya dengan 10 bulan bisa diperoleh dengan kadar kandungan alkaloid yang lebih baik dari negeri asalnya di Korea,” tuturnya. Untuk meyakinkan isi kandungan alkaloidnya, Hidayat tidak segan-segan mengeluarkan uang dari koceknya untuk diuji di laboratorium Balitro (Balai Penelitian Rempah dan Obat) Bogor.

Sebuah sertifikat kini sudah ia peroleh, dari lembaga penelitian resmi,yang menyatakan bahwa tanaman yang dikembangkannya adalah ginseng asli dari Grup Asian Ginseng. Setingkat dengan ginseng, yang dihasilkan oleh petani Korea. Dengan keberhasilan petani Sukabumi ini, satu lagi komoditas luar yang mampu diadaptasikan dengan cuaca dan kondisi negara kita, sebagai sumber devisa baru. (Dedi Riskomar/”PR”)***Jumat, 19 Maret 2004


3 komentar:

  1. Saya berminat membudidayakan ginseng korea. Tapi untuk bibit nya dimana bisa saya dapat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beli di lapak online gan ada yg asli ada yg palsu.. teliti dulu sebelum membeli

      Hapus
  2. Making Money - Work/Tennis: The Ultimate Guide
    The way you would expect https://septcasino.com/review/merit-casino/ from communitykhabar betting on the https://tricktactoe.com/ tennis matches of tennis is to หาเงินออนไลน์ bet on the goyangfc player you like most. But you also need a different

    BalasHapus